Kafe Khusus Kaum Difabel

Kafe bagi kaum difabel ini bukan di Indonesia tapi jauh di Nikaragua, negara di Amerika Tengah. Sebuah cafe didirikan untuk menjadi oase bagi kaum difabel atau bagi mereka yang memiliki keterbatasan fisik.

Kafe Khusus Kaum Difabel

Tidak hanya menerima tamu difabel selain tamu umum, tempat bernama Café de las Sonrisas (“Smiles Cafe”) ini memiliki staf serta karyawan yang terdiri atas orang-orang tuna rungu alias mereka yang terganggu pendengarannya. Mulai dari para penyambut tamu, pelayan, sampai para juru masaknya.

Penggagas cafe ini adalah seorang pria bernama Antonio Prieto Buñuel. Lelaki berkebangsaan Spanyol ini mengungkapkan bahwa banyak hal luar biasa yang dapat dipelajari dari karyawan-karyawannya.

“Saya ingin agar Cafe de las Sonrisas menjadi cermin bagi bisnis lain, agar mereka mempekerjakan orang-orang penyandang disabilitas, karena kaum cacat juga punya hak untuk berkembang dan mereka mampu melakukan hal-hal menakjubkan” katanya.

Kafe ini ternyata sudah lumayan lama hadir di kota Granada, dan disebut-sebut sebagai kafe pertama yang menjajakan kopi Nikaragua. Antonio yang melanglang buana sempat tinggal di negara tetangga Kostarika, namun langsung menyukai Nikaragua saat mengunjungi negara ini.

Awalnya ia bertemu dengan seorang penderita tuna rungu, dari relasi yang terjalin, ia tergerak untuk melakukan sesuatu. Ketimbang mencarikan pekerjaan yang ternyata sangat tidak memungkinkan, Antonio kemudian memutuskan untuk menyewa sebuah toko dan diubah menjadi café, karena ia melihat kota tersebut punya prospek.

“Saya ingin membantu, tapi saya tidak bisa berdiri dan membangunnya atas dasar sumbangan semata. Harus ada pemberdayaan, harus ada usaha nyata. Itu kemudian akan membuat teman-teman difabel justru merasa lebih berharga ketimbang terus menerus disumbang,” katanya.

Antonio juga mengungkapkan bahwa dengan dipekerjakan secara professional dan diperlakukan secara wajar, kaum difabel bisa mendapatkan rasa percaya diri, menghilangkan rasa takut mereka sendiri untuk bergabung ke dalam angkatan kerja.

Di kafe bernuansa cerah dan ceria ini, pelanggan memesan dengan menunjuk ke menu yang memiliki simbol khusus untuk mengindikasikan substitusi. Contohnya, jika seseorang memesan parfait buah, dan dia tidak ingin yogurt di dalamnya, maka orang tersebut bisa menunjuk pada ilustrasi parfait, dan kemudian pada gambar yogurt dengan huruf merah besar “X” di atasnya.

Apabila menjelang akhir makan, semua orang di meja telah belajar untuk mengatakan “Terima Kasih” dalam bahasa isyarat, yakni membawa satu tangan dari dagu ke telapak tangan yang lain, kemudian ditangkupkan di depan pengunjung

Teknik serta tata cara seperti ini bukannya membingungkan pengujung, malah menarik banyak orang untuk mencoba dan bersenang-senang. Dikatakan, sejak café ini hadir, interaksi positif terhadap kaum difabel berkembang baik, dan semakin hari kian terasa jarak akibat keterbatasan komunikasi semakin menipis.

Jika seorang menjadi pengunjung tetap, dalam kurun waktu kunjungan kurang dari 10 kali, dia sudah mudah serta leluasa berinteraksi dengan kaum difabel di café ini laiknya dengan sahabat dekat atau keluarga sendiri

“Café de las Sonrisas lahir karena 99 persen orang penyandang cacat (di Nikaragua) menganggur, Jadi saya memutuskan untuk membuka sebuah kafe di mana semua karyawannya tuli dan demi menunjukkan bahwa itu sebetulnya bisa berhasil,” ungkap Antonio.

 

Kafe Khusus Kaum Difabel – Kafe Kolong

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *